Potensi Ketamin Dosis Rendah untuk Penderita Depresi Berat

Main Article Content

Nisa Ghaisani

Abstract

Depresi berat merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering ditemui yang ditandai dengan 3 gejala utama yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi hingga mudah lelah. Serta gejala lainnya berupa merasa pesimis atau putus asa, merasa bersalah, gagal, dan sendirian, berbicara atau bergerak dengan lamban, sulit berkonsentrasi, mengingat, maupun mengambil keputusan, tidur yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasanya, nafsu makan dan perubahan berat badan yang meningkat atau menurun dari biasanya, adanya pikiran atau percobaan bunuh diri minimal dalam waktu 2 minggu. Terapi yang diberikan dapat berupa obat-obatan, psikoterapi, maupun keduanya. Jika terapi tersebut tidak dapat mengurangi gejala maka dapat diberikan electroconvulsive theraphy (ECT). ECT menyebabkan berbagai efek samping seperti pusing, disorientasi, kehilangan memori. Biasanya efek samping tersebut dalam jangka pendek, namun kehilangan memori berlangsung berkepanjangan. Namun selain ECT belum ada terapi lain yang mendapat hasil secara cepat untuk terapi depresi berat dan menjadi tantangan untuk pasien yang tidak responsif terhadap ECT. Sehingga diperlukan terapi lain untuk penderita depresi berat. Ketamin merupakan obat bius non- competitive NMDA (N-methyl-D-aspartate) yang digunakan untuk merawat tentara saat di medan perang. Proses pelepasan metabolit spesifik ketamin akan merangsang terjadinya peningkatan pelepasan sinaps glutamat yang menyebabkan efek antidepresan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketamin dapat menjadi harapan baru untuk pasien dan peneliti dalam kasus depresi berat.


 


Kata Kunci: Antidepresan, Depresi Berat, Glutamat, Ketamin

Article Details

How to Cite
Ghaisani, N. (2020). Potensi Ketamin Dosis Rendah untuk Penderita Depresi Berat. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 6(2), 171-173. Retrieved from https://bapin-ismki.e-journal.id/jimki/article/view/171
Section
Article Review

References

1. WHO. (2012). Depression, a global public health concern. WHO Departemen Mental Health , 6-8.
2. NIMH. (2018, February). Depression. Dipetik 16 Juni 2018, dari nimh.nih.gov: https://www.nimh.nih.gov/health/topi cs/depression/index.shtml
3. Mercer, S. (2009). 'The Drug of War'-
-a historical review of the use of Ketamine in military conflicts. Diambil kembali dari
NCBI:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/p ubmed/20180434
4. Rasmussen, K. G., Lineberry, T. W., Galardy, C. W., Kung, S., & Lapid, M.
I. (2013). Serial infusions of low dose ketamine for major depression. Journal of Psychopharmacology .
5. Kavalali ET, Monteggia LM. How does ketamine elicit a rapid antidepressant response? Curr Opin Pharmacol 2015;20:35–96.
6. Lapindus KA, Levitch CF, dkk. A randomized controlled trial of intranasal ketamine in major depressive disorder. Biol Psychiatry 2014;76:970-6
7. Scott AI, Iglewicz A, Nelesen RA, Lo JY, Carr CH, Romero SD, Lloyd LS. Daily Oral Ketamine for the Treatment of Depression and Anxiety in Patients Receiving Hospice Care: A 28-Day Open-Label Proof-of- Concept Trial. J Palliat Med 2013;16(8):958-965
8. Zarate, C. A., & Niciu, M. J. (2015). Ketamine for depression: evidence, challenges and promise. World Psychiatry , 348–350